Senin, 08 Desember 2008

Kancil Jadi Putra Mahkota

Cerita oleh: Indah K | Editor: Hadi | Ilustrator: Wewed
----------------------------------------------------------------------------------

Di sebuah kerajaan hutan bertahtalah Singa Sang Raja yang bijaksana. Dia selalu memperhatikan nasib rakyatnya siang malam. Suatu malam Sang Raja memeriksa keadaan rakyatnya langsung dari dekat. Dia menyusuri jalan-jalan, sampai akhirnya langkahnya berhenti di rumah keluarga pak Kancil.

”Junior... tadi sore bapak membeli ini,” kata pak Kancil pelan-pelan kepada anaknya yang bernama Junior.
”Beli apa, Pak?” tanya Junior.
”Ini obat pemanis dan pewarna untuk kita suntikkan ke buah semangka hasil pertanian kita,” jelas pak Kancil.
”Disuntikkan bagaimana maksud Bapak?” tanya Junior belum mengerti.
”Begini Junior, dengan disuntik ini maka semangka yang belum masak, bisa berwarna merah segar seperti semangka masak dan rasanya manis,” pak Kancil menjelaskan.
”Apa itu tidak termasuk perbuatan curang, Pak?” tanya Junior.
”Bukankah sang Raja sudah melarang kita berbuat curang?” Kancil Junior mengingatkan ayahnya dengan hati-hati.
”Alaah... Sang Raja tidak tahu kalau kita melakukan hal ini,” pak Kancil berusaha menyanggah.
”Tapi pak, walaupun sang Raja tidak tahu, Allah Maha Tahu dan Maha Melihat. Bagaimana kita bisa bersembunyi dari Allah?” dengan lembut Kancil Junior menyampaikan pendapatnya.
Pak Kancil terdiam.

”Lagi pula Pak, apa kita tidak kasihan kepada orang yang memakan buah itu? Mereka sudah berniat makan makanan alami yang tidak berbahaya, eee... ternyata kita telah memasukkan racun ke dalam makanan itu,” lanjut Kancil Junior.
Masih tetap diam, pak Kancil meninggalkan Kancil Junior menuju kamarnya.
”Maafkan Junior Pak, saya tidak bermaksud membangkang perintah Bapak,” Kancil Junior khawatir kalau-kalau bapaknya marah.
”Ya Allah, ampuni saya dan bapak saya. Bukakanlah pintu hatinya,” Kancil Junior berdo’a dalam hatinya.

***
Keesokan harinya, pak Kancil dan Junior dikagetkan dengan kedatangan dua orang Tentara Kerajaan.
”A...a...ada apa ini?” tanya pak Kancil dengan gugup.
”Apakah benar ini rumah Junior?” tanya salah seorang tentara.
”B... Be.. Benar... Apa salah Junior?” tanya pak Kancil ketakutan.
“Kami diperintah Raja untuk menjemput Junior dan ayahnya agar menghadap Sang Raja sekarang juga!” jawab tentara kerajaan.
”Tapi apa salah kami?” tanya pak Kancil masih ketakutan.
”Sudahlah pak, kita penuhi saja perintah Sang Raja. Bukankah Raja kita terkenal adil dan bijaksana? Jadi kalau kita merasa tidak bersalah, mengapa harus takut?” ajak Junior kepada bapaknya.
”Baiklah....” jawab ayahnya lemas.
Maka mereka berangkat menuju istana dengan kawalan tentara kerajaan. Sesampainya di istana, pak Kancil dan Junior langsung dibawa menghadap Sang Raja.

 ***
”Engkau yang bernama pak Kancil?” tanya sang Raja.
”Benar Baginda, dan ini putra hamba, Junior,” jawab pak Kancil sambil menunduk.
”Pak Kancil, tadi malam saya jalan-jalan. Dan ketika sampai di sebuah rumah, saya mendengar percakapan seorang Bapak yang mengajak anaknya untuk berbuat curang. Ternyata rumah itu adalah rumah Anda, Pak Kancil!” kata Sang Raja.
”Ampuni hamba, Baginda. Hamba mengaku bersalah telah mengajak anak hamba berbuat curang. Tapi demi Allah, hamba belum melakukannya, Baginda. Hamba pikir, memang benar apa yang dikatakan anak hamba. Ampuni hamba Baginda, ampuni hamba...” pak Kancil bersujud ketakutan.
”Tapi aku senang mendengar jawaban anakmu tadi malam. Aku memaafkan kekeliruan itu,” kata Sang Raja dengan tenang.
”Terima kasih, Baginda... Alhamdulillah...” syukur Pak Kancil.
”Junior!” sang Raja beralih kepada Junior.
”Hamba, Baginda,” Junior menjawab dengan tenang.
”Engkau masih muda, cerdas, jujur dan memiliki kepedulian yang tinggi kepada sesama. Oleh karena itu engkau pantas mendapatkan hadiah,” kata sang Raja.
Pak Kancil tampak kaget, tapi Junior tetap tenang.
”Wahai rakyatku saksikanlah, aku mengangkat Junior menjadi putra mahkota kerajaan!” lanjut sang Raja bersemangat.
Kini kedua bapak dan anak kancil itu terkejut bukan main.
”Tapi maaf Baginda, hamba bukan dari keturunan Raja dan bukan dari golongan orang yang berbadan kuat,” kata Junior ragu.
”Kerajaan lebih butuh pemimpin sepertimu,” jelas Sang Raja. Kemudian Sang Raja memasangkan mahkota di atas kepala Junior yang disambut dengan teriakan gembira seluruh rakyat.
”Hidup Raja yang bijaksana! Hidup Putra Mahkota!”.
Akhirnya Junior hidup bahagia sebagai putra mahkota bersama bapaknya.

***

Dongeng ”Kancil Jadi Putra Mahkota” diilhami dari kisah gadis jujur penjual susu di jaman Khalifah Umar bin Khottob.

Pesan moral :
1. Orang yang benar, tidak pernah merasa takut
2. Kejujuran akan membawa keberuntungan

Tidak ada komentar: